LAPORAN
PRAKTIKUM
PENURUNAN TITIK
BEKU LARUTAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Kimia
oleh
Bapak Asep Saepudin, S.Pd
Disusun oleh :
Rose Mutiara Suin
XII MIPA 1
SMA NEGERI
1JATIWANGI
Jalan Raya Timur
No.02 Jatiwangi
Tahun 2015/2016
PENURUNAN TITK
BEKU LARUTAN
A.
TUJUAN
PERCOBAAN
Menentukan
waktu pembekuan air dan pembekuan larutan.
B.
LANDASAN
TEORI
Titik beku atau titik leleh cairan
adalah suhu pada saat fase padat dan cair berada dalam kesetimbangan. Yang
paling umum adalah air dan es pada suhu 0°C. Pada kesetimbangan ini dapat
diilustrasikan dengan pertahanan es pada suhu 0°C. Pada saat itu es mulai
mencair tetapi air di sekitar es pada saat bersamaan juga akan membentuk balok
es, dan kesetimbangan ini akan berubah ketika suhu dinaikkan atau diturunkan.
Jika suatu zat terlarut ditambahkan pada pelarut, maka titik beku akan
mengalami penurunan, misalnya titik beku pelarut murni adalah 0°C maka larutan
dengan zat terlarut belum membeku pada suhu 0°C.
Adanya penambahan zat terlarut ke dalam
zat pelarut murni dapat menyebabkan penurunan titik beku larutan. Apabila suatu
zat terlarut ditambahkan pada suatu larutan, maka diperlukan energi yang tinggi
untuk menjadikan larutan menjadi padatan. Energi ini ditunjukkan dengan nilai
titik beku, dengan nilai titik beku pelarut murni lebih besar dari titik beku
larutan.
C.
ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
a. Plastik
es kecil
b. Termos
es
c. Wadah
kecil (untuk menimbang gula)
d. Gelas
ukur
e. Gelas
2 buah
f. Pengaduk/sendok
makan
g. Corong
h. Timbangan
i.
Jam tangan (pengukur waktu)
j.
Alat tulis
2. Bahan
a. Air
matang
b. Gula
pasir (bruktosa)
c. Garam
dapur kasar
d. Es
balok
D.
LANGKAH
KERJA
1. Siapkan
semua alat dan bahan.
2. Takar
air sebanyak 100 mL, kemudian masukkan air yang sudah ditakar itu kedalam
plastik es kecil yang sudah disiapkan, lalu ikat ujungnya dengan erat.
3. Setelah
itu, takar kembali air sebanyak 100 mL, kemudian masukkan air yang sudah
ditakar kedalam gelas yang disiapkan.
4. Timbanglah
gula sebanyak 10 gram, kemudian campurkan gula tersebut kedalam air yang sudah
ditakar dalam gelas.
5. Aduk
larutan gula tersebut sampai merata, setelah itu masukkan larutan tersebut
kedalam plastik es kecil yang sudah disiapkan, kemudian ikat ujungnya dengan
erat.
6. Lakukan
kembali langkah-langkah tesebut untuk membuat campuran gula sebanyak 20 gram
dan air sebanyak 100 mL sebagai larutan pembanding.
7. Setelah
semuanya dikemas dengan rapih maka simpanlah larutan-larutan tersebut dalam
suhu yang stabil serta berilah sampel (A, B, dan C) pada masing-masing plastik
tersebut (sampel A untuk air, sampel B untuk larutan gula 10 gram, dan sampel C
untuk 20 gram).
8. Pecahkan
es batu sampai menjadi bagian kecil-kecil.
9. Masukkan
es batu ke dalam termos es hingga memenuhi setengah bagian tambahkan garam
dapur kasar di atas permukaan es tersebut (jumlah es batu dan garam harus
seimbang).
10. Masukkan
plastik-plastik kecil berisi air dan berisi larutan gula ke dalam termos es yang
berisi es batu dan garam dapur kasar.
11. Goyang-goyang
termos es tersebut agar garam dan es merata, pastikan es batu dalam termos
dapat menyelimuti plastik kecil yang ada di dalamnya.
12. Buanglah
air yang mencair dari pembeku agar suhunya menjadi turun, lakukan hal ini
hingga plastik kecil berisi air dan berisi larutan gula membeku.
13. Amati
perubahan air dan larutan gula tersebut. Catatlah apa yang terjadi.
14. Jika
sudah padat merata maka keluarkan plastik kecil dari dalam wadah tersebut.
E.
HASIL
PENGAMATAN
No
|
Sampel
|
Larutan
|
Volume
pelarut (Vp)
|
Massa
terlarut (mt)
|
Waktu
pembekuan
|
Keterangan
|
1.
|
A
|
Air
|
100
mL
|
-
|
00:22:45.21
|
Setelah
membeku air berubah teksturnya menjadi keras (padat).
|
2.
|
B
|
Gula
|
100
mL
|
10
gr
|
00:41:13.53
|
Pada
saat larutan gula dimasukkan kedalam pembeku warnanya berubah menjadi putih
seperti salju, dan setelah membeku larutan gula berubah teksturnya menjadi
padat tetapi mudah rapuh.
|
3.
|
C
|
Gula
|
100
mL
|
20
gr
|
01:03:31.07
|
F.
ANALISIS
DATA
Dari data diatas dengan volume yang sama
dapat dilihat bahwa sampel A (air) dapat membeku pada waktu 00:22:45.21, sampel
B (larutan gula 10 gram) dapat membeku pada waktu 00:41:13.53, dan pada sampel
C (larutan gula 20 gram) dapat membeku pada waktu 01:03:31.07. Selain memiliki
perbedaan waktu, air dan larutan gula memiliki perbedaan pada teksturnya
setelah pembekuan berlangsung. Setelah membeku air berubah teksturnya menjadi
keras (padat), sedangkan pada larutan gula saat dimasukkan kedalam pembeku
warnanya berubah menjadi putih seperti salju, dan setelah membeku larutan gula berubah
teksturnya menjadi padat tetapi mudah rapuh. Dapat disimpulkan bahwa pembekuan
larutan gula memiliki tahapan-tahapan sehingga prosesnya lebih lama dan
membutuhkan energi lebih besar.
G.
KESIMPULAN
Dalam percobaan tersebut, dapat disimpulkan waktu
pembekuan air dan pembekuan larutan dapat dipengaruhi oleh massa terlarutnya.
Semakin banyak massa terlarut maka semakin besar energi yang dibutuhkan untuk
pembekuan sehingga menyebabkan waktu pembekuan lebih lama.
H.
PERTANYAAN
1. Apakah
pengaruh garam pada percobaan tersebut ?
2. Mengapa
dalam percobaan tersebut temperaturnya harus diturunkan ?
3. Mengapa
air dalam plastik lebih cepat membeku jika dibandingkan dengan larutan gula dalam
plastik ?
I.
JAWABAN
PERTANYAAN
1. Pada
pencampuran itu garam merupakan elektrolit maka garam dapat menurunkan suhu
sehingga suhu menjadi lebih dingin dan larutan dapat membeku lebih cepat.
2. Karena
untuk mempertahankan kesetimbangan antara fase padat dan fase cair. Penurunan
temperatur akan mengurangi jumlah molekul pada fase padat menjadi fase cair dan
meningkatkan jumlah molekul fase cair menjadi fase padat. Selain itu, temperatur
harus diturunkan agar larutan dapat membeku sehingga titik beku larutan
terletak pada temperatur lebih rendah dari pada titik beku pelarut murni.
Sedangkan es yang tidak di beri garam larutannya tidak berada dalam
kesetimbangan. Akibatnya, pada temperatur 0°C larutan belum membeku.
3.
Karena air (pelarut murni) pada suhu 0°C. Pada suhu ini air berada pada kesetimbangan
antara fase cair dan fase padat. Artinya kecepatan air berubah wujud dari cair
ke padat atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fase cair dan fase
padat pada kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan kata
lain tingkat energi kedua fase adalah sama. Apabila air suhunya turun akan memiliki
potensial kimia yang lebih rendah sehingga pada suhu ini air cenderung berada
pada fase padat. Sedangkan, larutan gula suhunya akan turun sedikit demi
sedikit karena pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fase cair
dibandingkan dengan fase padat, akibatnya pada saat proses pendinginan
berlangsung larutan akan mempertahankan fasenya dalam keadaan cair, sebab
secara energi larutan lebih suka berada pada fase cair dibandingkan dengan fase
padat, hal ini menyebabkan potensial kimia pelarut dalam fase cair akan lebih
rendah (turun) sedangkan potesnsial kimia pelarut dalam fase padat tidak
terpengaruh. Maka akan lebih banyak energi yang diperlukan untuk mengubah
larutan menjadi fase padat karena titik bekunya menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut murninya. Inilah sebab mengapa air dalam plastik
lebih cepat membeku dari pada larutan gula dalam plastik.
DAFTAR
PUSTAKA
Nana sutrisna. 2004. Advanced Learning chemistry 3A. Thrid edition. Bandung
: Facil
Parning, Horale, Tiopan. 2012. Kimia 3A. Cetakan pertama. Jakarta :
Yudhistira
Parning, Horale, Tiopan. 2012. Kimia 3A. Edisi kedua. Jakarta : Yudhistira
Michael Purba dan Sunardi. 2012. Kimia. Jakarta : Erlangga
Getupbangkit.blogspot.com
Fatur30rahman.blogspot.com
Notechaca.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar